Oleh: Tiberias Antonius Sutatian
Tanpa
disadari, jumlah penyebaran HIV/AIDS di Kalimantan Barat telah mencapai angka
yang cukup fantastis. Penulis menemukan fakta tertulis yang mengejutkan, dimana
kasus HIV/AIDS di tanah Khatulistiwa ini ternyata cukup tinggi, dan menempati
posisi ke-tujuh dari 34 Provinsi di Indonesia. Hmmmmmm.
Pontianak,
Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat ini terus berkembang, perannya pun kini kian
penting di sisi Barat Borneo ini. Kota kecil, luas wilayahnya hanya 107,80 Km persegi, dengan
jumlah penduduk 615.952 jiwa. Saban hari, orang kerap
mengeluh ketidaknyamanan lantaran lalu lintas yang selalu macet. Belum lagi
soal tingkat kejahatan yang tinggi dan beragam permasalahan sosial lain, Pontianak pun kini semakin terasa sesak.
Dalam
satu dekade terakhir, perubahan ini amat terasa. Beberapa hotel berbintang dan
tempat-tempat usaha penyedia hiburan malam seperti karaoke juga tiba-tiba
bermunculan. Warung-warung kopi kaki lima menjadi tempat tongkrongan anak-anak
muda, bertebaran dimana-mana sampai kesudut-sudut Kota. Itu sebagai penanda
bahwa pola hidup masyarakat tanah Khatulistiwa ini sudah berubah. Apakah ini
yang disebut kemajuan? Biarlah waktu yang menjawabnya.
Memang
betul, tidak ada bukti yang mengatakan tempat-tempat itu sebagai penyebab
terjadinya penyebaran penyakit. Namun hanya sekedar mengingatkan, munculnya
berbagai penyakit, itu akibat perubahan perilaku yang tidak baik, seperti sex
bebas dan narkoba. Nah, jika sudah berprilaku seperti itu, tentu amat berisiko tertular
penyakit mematikan, yaitu HIV/AIDS. Kalau sudah terinfeksi tentu risikonya juga
akan mengancam keluarga, terutama pasangan hidup dan anak.
Di
Kalbar, wilayah paling rentan adalah Kota Pontianak, karena paling terbuka sebagai
pintu masuk menuju negri Jiran (Sarawak, Malaysia). Potensi risikonya juga bisa
terjadi, mengingat Kota ini dihuni warga dengan beragam latar belakang
kultural, ekonomi dan sosial. Terbukti, pada Februari 2013 lalu, Dinas
Kesehatan Kota Pontianak mencatat bahwa ada 1.886 orang
terinfeksi penyakit HIV/AIDS. Kini posisi Pontianak di Kalbar ada di
urutan paling atas sebagai penderita terbanyak, disusul Kota Singkawang.
Provinsi
Kalimantan Barat sendiri ada diurutan ketujuh dari 34 Propinsi di Indonesia. Di
seluruh wilayah ini, jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ada sebanyak 3.836
jiwa. Di antara mereka ada 1.849 orang positif menderita AIDS. Dan sebanyak 513
orang telah meninggal dunia.
 |
Ciri pisik penderita AIDS |
 |
Jika ibunys sudah tertular, risiko pada anak sangat tinggi |
Menurut
Lusi Nuryanti, pengelola program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) kota
Pontianak, yang merupakan organisasi pemerintah non struktural yang diketuai
langsung oleh Wali Kota. Bahwa risiko penularan tertinggi adalah melalui hubungan
seksual yang tidak aman, yang dilakukan oleh pasangan bukan suami-istri.
Angkanya mencapai 1.863 orang, separuhnya adalah penderita AIDS, yakni 934 orang. Dan
tercatat, 247 orang adalah kaum homosexsual dipastikan mengidap HIV, dan sebanya 163 diantaranya sudah jadi penderita AIDS. Selebihnya
penderita muncul dari kalangan pengguna narkoba melalui media jarum
suntik, yakni HIV 480 orang dan AIDS 253 orang.
“Tempat lokalisasi di
Pontianak memang tidak ada yang beroperasi secara terang-terangan. Tapi kalau lokasi beresiko
banyak. Seperti karaoke yang menyediakan layanan plus, hotel, panti pijat,
salon, dan café. Ini istilahnya hotspot, tempat transaksi. Tapi kalau dia
berhubungan seksual, itu bisa dimana saja. Kemudian penggunaan jarum suntik
atau penasun. Biasanya yang paling potensi beresiko adalah para pengguna
narkoba yang menggunakan alat tersebut secara bergantian,” ujarnya (16/4/2013).
Lusi
mengatakan bahwa siapapun berisiko, ibu rumah tangga, dan bayi dalam
kandunganpun dapat tertular, “banyak orang mengabaikan bahwa HIV itu bukan hal
yang berbahaya. Dulu orang menganggap itu sebagai penyakit kutukan, namun
sekarang siapun bisa tertular, terutama melalui prilaku yang buruk seperti sek
bebas dan narkoba,” tambah dia.
HIV tidak bisa dikenali secara kasat mata
HIV
itu adalah penyakit yang tidak bisa dikenali secara kasat mata, dia tidak
menunjukan gejala khusus, kalau orang HIV, dia masih seperti kebanyakan orang
lainnya, terlihat normal, masih bisa bekerja. Satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah harus melakukan pemeriksaan darah secara rutin.
“Kita
tidak tahu kalau sudah HIV positif. Kecuali kalau sudah AIDS itu dapat dikenali
ketika berat badan turun secara drastis dengan cepat. Nah, jika sudah ada
penularan ke bapak maka akan ada penularan ke ibu dan anak,” ungkap dokter
Rifka yang sehari-hari bertugas di dinas kesehatan kota Pontianak.
Menurut
Rifka, HIV itu adalah virus yang ada dalam darah seseorang, sedangkan AIDS
sudah menunjukan gejala penyakit. AIDS itu terjadi jika sudah ada infeksi overtunistik, inilah yang menurutnya
berbahaya. Daya tahan tubuh menjadi rendah, sehingga berbagai macam penyakit
lebih mudah masuk dalam tubuh. HIV inilah yang mengantarkan seseorang menjadi
ODHA (orang dengan HIV-AIDS). Dan orang yang terinfeksi HIV, dia baru bisa
menunjukan gejala AIDS setelah tiga sampai sepuluh tahun.
“Nah,
semua penyakit virus yang sudah ada dalam tubuh, itu tidak bisa hilang. Orang
yang terinfeksi HIV positif akan lebih gampang drop dan lebih rentan terhadap
penyakit. Untuk mencegah bagaimana supaya daya tahan tubuhnya tetap sehat, ya,
itu tadi, dengan life stile (gaya hidup) yang sehat dan baik, makan, tidur, dan
olahraga teratur. Obat untuk membunuh virus itu tidak ada. Jadi untuk
menanggulanginya adalah melakukan itu, untuk menjaga bagaimana supaya tubuh tetap
sehat. Jika masih ngembun, kemudian pakai narkoba ya udah, AIDS akhirnya.”
Katanya mengingatkan.