Jumat, 25 April 2014

HIV itu Nyata, Bukan Ilusi



Oleh: Tiberias Antonius Sutatian
Tanpa disadari, jumlah penyebaran HIV/AIDS di Kalimantan Barat telah mencapai angka yang cukup fantastis. Penulis menemukan fakta tertulis yang mengejutkan, dimana kasus HIV/AIDS di tanah Khatulistiwa ini ternyata cukup tinggi, dan menempati posisi ke-tujuh dari 34 Provinsi di Indonesia. Hmmmmmm.

Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat ini terus berkembang, perannya pun kini kian penting di sisi Barat Borneo ini. Kota kecil, luas wilayahnya hanya 107,80 Km persegi, dengan jumlah penduduk 615.952 jiwa. Saban hari, orang kerap mengeluh ketidaknyamanan lantaran lalu lintas yang selalu macet. Belum lagi soal tingkat kejahatan yang tinggi dan beragam permasalahan sosial lain, Pontianak pun kini semakin terasa sesak.

Dalam satu dekade terakhir, perubahan ini amat terasa. Beberapa hotel berbintang dan tempat-tempat usaha penyedia hiburan malam seperti karaoke juga tiba-tiba bermunculan. Warung-warung kopi kaki lima menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda, bertebaran dimana-mana sampai kesudut-sudut Kota. Itu sebagai penanda bahwa pola hidup masyarakat tanah Khatulistiwa ini sudah berubah. Apakah ini yang disebut kemajuan? Biarlah waktu yang menjawabnya.

Memang betul, tidak ada bukti yang mengatakan tempat-tempat itu sebagai penyebab terjadinya penyebaran penyakit. Namun hanya sekedar mengingatkan, munculnya berbagai penyakit, itu akibat perubahan perilaku yang tidak baik, seperti sex bebas dan narkoba. Nah, jika sudah berprilaku seperti itu, tentu amat berisiko tertular penyakit mematikan, yaitu HIV/AIDS. Kalau sudah terinfeksi tentu risikonya juga akan mengancam keluarga, terutama pasangan hidup dan anak.

Di Kalbar, wilayah paling rentan adalah Kota Pontianak, karena paling terbuka sebagai pintu masuk menuju negri Jiran (Sarawak, Malaysia). Potensi risikonya juga bisa terjadi, mengingat Kota ini dihuni  warga dengan beragam latar belakang kultural, ekonomi dan sosial. Terbukti, pada Februari 2013 lalu, Dinas Kesehatan Kota Pontianak mencatat bahwa ada 1.886 orang terinfeksi penyakit HIV/AIDS. Kini posisi Pontianak di Kalbar ada di urutan paling atas sebagai penderita terbanyak, disusul Kota Singkawang. 

Provinsi Kalimantan Barat sendiri ada diurutan ketujuh dari 34 Propinsi di Indonesia. Di seluruh wilayah ini, jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ada sebanyak 3.836 jiwa. Di antara mereka ada 1.849 orang positif menderita AIDS. Dan sebanyak 513 orang telah meninggal dunia.

Ciri pisik penderita AIDS
Jika ibunys sudah tertular, risiko pada anak sangat tinggi
Menurut Lusi Nuryanti, pengelola program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) kota Pontianak, yang merupakan organisasi pemerintah non struktural yang diketuai langsung oleh Wali Kota. Bahwa risiko penularan tertinggi adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman, yang dilakukan oleh pasangan bukan suami-istri. Angkanya mencapai 1.863 orang, separuhnya adalah penderita AIDS, yakni 934 orang. Dan tercatat, 247 orang adalah kaum homosexsual dipastikan mengidap HIV, dan sebanya 163 diantaranya sudah jadi penderita AIDS. Selebihnya penderita muncul dari kalangan pengguna  narkoba melalui media jarum suntik, yakni HIV 480 orang dan AIDS 253 orang.

“Tempat lokalisasi di Pontianak memang tidak ada yang beroperasi secara terang-terangan. Tapi kalau lokasi beresiko banyak. Seperti karaoke yang menyediakan layanan plus, hotel, panti pijat, salon, dan cafĂ©. Ini istilahnya hotspot, tempat transaksi. Tapi kalau dia berhubungan seksual, itu bisa dimana saja. Kemudian penggunaan jarum suntik atau penasun. Biasanya yang paling potensi beresiko adalah para pengguna narkoba yang menggunakan alat tersebut secara bergantian,” ujarnya (16/4/2013).

Lusi mengatakan bahwa siapapun berisiko, ibu rumah tangga, dan bayi dalam kandunganpun dapat tertular, “banyak orang mengabaikan bahwa HIV itu bukan hal yang berbahaya. Dulu orang menganggap itu sebagai penyakit kutukan, namun sekarang siapun bisa tertular, terutama melalui prilaku yang buruk seperti sek bebas dan narkoba,” tambah dia.

HIV tidak bisa dikenali secara kasat mata
HIV itu adalah penyakit yang tidak bisa dikenali secara kasat mata, dia tidak menunjukan gejala khusus, kalau orang HIV, dia masih seperti kebanyakan orang lainnya, terlihat normal, masih bisa bekerja. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah harus melakukan pemeriksaan darah secara rutin.

“Kita tidak tahu kalau sudah HIV positif. Kecuali kalau sudah AIDS itu dapat dikenali ketika berat badan turun secara drastis dengan cepat. Nah, jika sudah ada penularan ke bapak maka akan ada penularan ke ibu dan anak,” ungkap dokter Rifka yang sehari-hari bertugas di dinas kesehatan kota Pontianak.

Menurut Rifka, HIV itu adalah virus yang ada dalam darah seseorang, sedangkan AIDS sudah menunjukan gejala penyakit. AIDS itu terjadi jika sudah ada infeksi overtunistik, inilah yang menurutnya berbahaya. Daya tahan tubuh menjadi rendah, sehingga berbagai macam penyakit lebih mudah masuk dalam tubuh. HIV inilah yang mengantarkan seseorang menjadi ODHA (orang dengan HIV-AIDS). Dan orang yang terinfeksi HIV, dia baru bisa menunjukan gejala AIDS setelah tiga sampai sepuluh tahun.

“Nah, semua penyakit virus yang sudah ada dalam tubuh, itu tidak bisa hilang. Orang yang terinfeksi HIV positif akan lebih gampang drop dan lebih rentan terhadap penyakit. Untuk mencegah bagaimana supaya daya tahan tubuhnya tetap sehat, ya, itu tadi, dengan life stile (gaya hidup) yang sehat dan baik, makan, tidur, dan olahraga teratur. Obat untuk membunuh virus itu tidak ada. Jadi untuk menanggulanginya adalah melakukan itu, untuk menjaga bagaimana supaya tubuh tetap sehat. Jika masih ngembun, kemudian pakai narkoba ya udah, AIDS akhirnya.” Katanya mengingatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar