Minggu, 20 April 2014

Kalingkoet Tertua Dalam Silsilah Topeng Dayak Kanayatn



Oleh: Tiberias Antonius Sutatian
Maderem Pasem dan hasil karyanya
ADA kisah tradisi masyarakat suku Dayak Kanayatn, sebuah cerita rakyat tentang topeng menyeramkan yang diberi nama kalingkoet. Para orang tua kerap menceritakan kisah itu kepada anak-anaknya yang masih berusia dini. Tujuannya hanya satu, untuk menjaga anaknya agar tidak pergi atau bermain jauh dari pekarangan rumah, apalagi saat malam hari tiba.

Biasanya, sehabis pulang dari ladang atau sawah, para orang tua sudah cukup lelah untuk menjaga dan mengawasi anak-anaknya bermain. Mereka mencari cara lain agar anak-anak tetap berada di rumah. Cerita seram dipilih supaya anak-anak ketakutan. Dikemas dengan kisah yang didramatisir dengan begitu apik, cerita topeng kalingkoet menjadi andalan. Cerita Kalingkoet mampu membuat seorang anak kecil tidak berani menginjakan kaki di atas tanah, meski itu hanya di halaman rumahnya sendiri. Saat orang tua menyebut nama kalingkoet saja, biasanya langsung membuat seorang anak merapat dan duduk di pangkuan ayah atau ibunya, hingga ia terlelap tidur. 

Topeng Kalingkoet
Maderem Pasem, satu di antara seniman topeng tradisi suku Dayak menceritakan, kisah itu hanya akal-akalan para orang tua, untuk mengelabaui anak-anaknya agar tetap berada di rumah. “Bentuk atau wujud topeng kalingkoet memang menyeramkan, tapi kalau dikatakan suka makan anak kecil, itu hanya bumbu cerita saja,” jelasnya seraya tersenyum, (11/2/2014). Pada tahun 80-an cerita itu masih populer di kalangan anak-anak. Namun sekarang sudah tidak lagi.

Dalam silsilah topeng Dayak Kanayatn, Kalingkoet adalah topeng tertua dan sakral. Bentuknya aneh dengan tambahan rambut atau akar tumbuhan, terbuat dari berbagai jenis kayu. Kalingkoet digunakan sebagai sarana dalam aktivitas kehidupan religius magis masyarakat Dayak Kanayatn. Seperti ritual totokng (upacara memberi makan roh kepala manusia yang dipenggal), upacara pengobatan“belenggang”, upacara syukuran panen padi, sunatan, hingga upacara kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar